Perselisihan dan pertikaian dalam suatu kehidupan berkeluarga adalah hal yang sering kita jumpai sehari-hari. Terutama hidup dalam keluarga besar yang ruang lingkupnya berdekatan satu sama lainnya. Banyak faktor penyebab yang kadangkala tak bisa dimengerti bagaimana awal dan sebab musababnya, tiba-tiba saja permasalahan kian meruncing dan tentu, kian memanas hingga sulit untuk diatasi. Ujung-ujungnya kita kembalikan kepada sifat dan karakter masing-masing orang. Walaupun hidup dalam satu ikatan darah, yaitu dari nenek moyang yang sama, tapi urusan watak tentu tidaklah sama setiap orangnya.
Tak jarang perselisihan itu semakin meluas dan panjang, menurun dan berdampak hingga ke anak cucu. Perang status di sosial media gencar laksana berbalas pantun. Sindir menyindir-pun tak terelakkan. Jika tidak segera diatasi, tidak menutup kemungkinan akan bergulir terus dan menjangkau orang-orang yang awalnya tidak terlibat menjadi terjerumus juga didalamnya karena tentu akan memihak dan membela orang terdekatnya, walaupun belum pasti siapa yang benar dan yang salah.
Ternyata hidup terlalu berdekatan dan berdampingan dengan keluarga besar tidak menjamin kedamaian dan kebahagiaan. Ada saja keributan dan perselisihan yang muncul tak terduga. Masalah lama tak kunjung selesai, timbul lagi masalah baru. Begitu seterusnya. Dengan demikian berjauhan satu sama lain adalah cara ampuh untuk menjauhi konflik dalam keluarga. Kita akan merasakan rindu pulang kampung setelah sekian lama tak jumpa. Disanalah kenikmatan luar biasa yang akan didapatkan oleh setiap anggota keluarga.
Terkadang setiap orang akan merasa dirinyalah yang paling benar, dan tidak ada yang pernah mau mengakui kesalahannya, karena sama-sama ingin terlihat baik. Well..., jika sudah demikian berbagai argumen dan manuver akan saling dilontarkan dalam bentuk kata-kata dan tindakan. Genderang perang meraung-raung bagai sirine ambulans. Ngeri kan ?
Untuk mengorek siapa yang benar dan yang salahpun, sudah terlambat. Topeng-topeng sudah terlanjur terpasang untuk menutupi wajah-wajah dan perangai yang sesungguhnya. Miris ya!
Wahai sahabat, saudara dan handai taulan, mari kita jemput kedamaian ini dengan segala kerendahan hati. Singkirkan ego yang membelenggu hati kita, jangan sampai merasuk lebih dalam lagi.
Tidak akan ada ujungnya jika sama-sama saling mencari pembenaran sendiri, biarkan urusan Allah SWT yang akan menilai siapa diri kita sebenarnya.
Percayalah, tidak ada kebahagiaan selain hidup rukun, damai, penuh kasih sayang, saling memahami dan memaafkan. Yang muda wajib dan hormat kepada yang dituakan, yang tua tetap bijaksana dalam menyikapi setiap masalah, karena bijaksana belum tentu kalah dan direndahkan.
Tidak ada manusia yang ingin sengaja melakukan kesalahan, melainkan emosi dan nafsu yang tak dapat menguasai dirinya. Manusiawi!! karena sejatinya "KITA" adalah tempatnya salah dan dosa. Tidak ada salahnya pula ketika harus memberikan kesempatan untuk dimaafkan. Tidak perlu susah payah mencari kambing hitam dan menghakimi satu sama lain, serahkan hanya kepada sang pemberi kehidupan ini. Semoga bermanfaat. Wassallam.
Ira Mulya
Gambar: Pixabay
For Estrilook Community