Sabtu, 07 September 2019

Pengalaman Berharga Menjadi Seorang Perempuan, yaitu Saat Melahirkan



Melahirkan adalah pengalaman luar biasa bagi seorang perempuan mana pun di dunia ini. Namun tidak semua perempuan pernah mengalami yang namanya melahirkan, semua semata-mata karena takdir dari Allah SWT. Dengan kondisi seperti itu perempuan akan merasa dirinya kurang sempurna, karena tidak dapat mewujudkan seorang anak dalam rumah tangganya. Aneka cara pengobatan telah ditempuhnya, baik secara medis maupun alternatif. Pendekatan kepada sang pemberi hidup sudah tak perlu ditanyakan lagi, setiap saat berdoa dan memohon agar cepat dikabulkan semua harapan dan impian memiliki momongan. Tetapi pada akhirnya harus sabar dan menerima kenyataan bilamana harapan belum terkabulkan. Apapun yang terjadi semua adalah ketetapanNYA. Tidak ada yang sempurna di dunia ini dan yakinlah tidak ada cobaan yang melebihi batas kemampuan manusia.

Saat Estrilook Community memberikan Rekomendasi Tema One Day One Post, hampir sebagian tema adalah yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya pengalaman melahirkan normal dan caesar. Dua-duanya pernah saya alami, bahkan anak kedua saya dilahirkan melalui proses Forcefs. Yang pertama normal dan yang ketiga caesar. Ketika hamil anak kedua dan ketiga, saya mengalami kelainan irama jantung. Yaitu, dimana jantung saya berdetak sangat cepat dari keadaan normalnya, dan membuat saya sesak nafas selama sampai bayi itu dikeluarkan dari perut. Selama itu pula saya pun bolak balik harus dilarikan ke ruang ICCU. Karena peningkatan hormon yang berlebihan di usia kandungan tujuh bulan ke atas, begitu Dokter Obgyn mengatakan. Ganguan itu muncul dan membuat kondisi saya sangat rentan dan harus dalam perawatan di rumah sakit dan dirawat bersama antara dokter specialis kandungan, dokter specialis jantung dan dokter specialis anak, karena anak yang saya kandung pun perlu perawatan sejak dini, karena sang ibu memiliki indikasi kelainan jantung.

Anak kedua saya lahir bulan agustus tahun 2000 di RSUP Sanglah Denpasar Bali, melalui proses Forcefs. Forcefs adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan bayi saat persalinan. Berbentuk seperti sepasang sendok besar untuk menjepit kepala bayi saat masih ada dalam rahim dan saat si ibu sedang dalam kontraksi. Cara ini menjadi salah satu alternatif persalinan saat si ibu memiliki penyempitan katup aorta jantung, sehingga dokter membatasi si ibu agar tidak mengejan. di Saat mengingat kejadian itu, jujur saya sangat sedih dan merinding, bagaimana tidak, dalam ruangan itu hanya saya seorang yang menjalani proses persalinan dengan kelainan jantung. Beberapa dokter spesialis dan beberapa dokter muda, serta beberapa Coass dan beberapa perawat hadir disitu. Saya sempat menghitungnya, mereka semuanya ada 17 orang. Perut saya dililitkan semacam sabuk dari karet yang halus agak melebar bentuknya, seperti ikat pinggang besar. Satu di bawah payudara dan satu lagi tepat di bawah perut saya yang buncit. Selang infus dan selang oksigen dan kabel-kabel kecil yang memantau irama jantung masih terpasang semua dalam tubuh saya dan terhubung dengan alat-alat yang entah apa namanya. Tak ada yang mustahil pikir saya, semasih saya bernafas saya terus mengucapkan doa dalam hati dan memasrahkan diri kepada Allah SWT agar diberikan kelancaran dalam proses yang sangat menegangkan itu. Rasa takut dan lainnya sudah tak bisa saya gambarkan. Namun doa-doa dalam hati tetap saya panjatkan, semuanya membuat saya kuat dan tenang pada akhirnya dan benar-benar sudah saya ikhlaskan saat itu. Saat-saat menegangkan itu baru akan dimulai, dokter memberikan aba-aba kepada saya, karena saya memang tidak dibius jadi saya pun dalam kesadaran yang penuh, tapi ada beberapa suntikan di sana sini. Beberapa perawat memegang tangan dan kaki saya yang pastinya mengangkang di tempat semestinya agar tidak bergerak. Para Coass terlihat membawa catatan dan serius melihat proses itu dengan sangat seksama.

Rasa sakit yang luar biasa saya rasakan saat itu, jujur tak akan pernah bisa saya lupakan hingga sekarang. Bagaimana mungkin pikir saya saat itu, alat penjepit itu masuk melalui vagina dan menembus rahim dan menjepit kepala bayi saya hingga keluar. Jerit tak tertahankan pun melengking di ruangan itu seolah membiarkan saya sepuas-puasnya untuk mengekspresikan semua rasa sakit itu. Alat itu begitu keras dan membuat kepala bayi saya terlihat agak kedalam akibat jepitan itu dan biru-biru di kedua pelipisnya. Vagina saya sudah pasti terluka ,serasa membengkak dan ngilu di bagian sana sini akibat alat forcefs itu. Untuk mencegah pendarahan akibat dari forcefs itu dokter pun memberikan tampon dalam vagina saya agar darah tidak terlalu banyak keluar. Dampak forcefs pun bisa terjadi kepada bayi yang telah dikeluarkannya, walaupun jarang terjadi resiko seperti ini. Bayi akan mengalami cedera pada bagian luar, retak pada tulang tengkorak, luka ringan di wajah dan terjadi kelemahan sementara pada otot-otot wajah.

Enam tahun berlalu setelah itu, kelainan jantung pun hilang sama sekali dari diri saya, Saya hidup sehat tanpa keluhan apapun. Sampai pada akhirnya Allah memberikan kepercayaan lagi kepada saya untuk mengandung anak ketiga. Setelah melakukan konsultasi dengan ahlinya, dokter specialis obgyn pun merujuk saya ke dokter spesialis jantung untuk melakukan berbagai pemeriksaan, alhasil semuanya normal tak ada indikasi penyakit jantung dan tidak masalah untuk melanjutkan kehamilan yang saat itu masih berusia tiga minggu. Saya kembali ke dokter spesialis obgyn, dan memberikan hasil pemeriksaan dari dokter spesialis jantung tersebut. Singkat kata saya pun melanjutkan kehamilan dan mengalami hiperremisis yaitu gejala ngidam hebat, mual dam muntah sampai usia kehamilan memasuki empat bulan.

Memasuki usia kandungan tujuh bulan, tanpa diduga saya kembali mengalami kelainan jantung dengan indikasi yang hampir sama seperti kehamilan anak kedua. Dan perawatan kembali dilakukan dengan dokter-dokter yang merawat bersama. Bolak -balik ke ruang ICCU beberapa kali membuat saya kehilangan kepercayaan diri. Rasa takut akan kematian terus saya pikirkan. Bagaimana dengan nasib kedua anak saya yang masih kecil-kecil, belum yang nanti akan saya lahirkan kembali. Semoga anak saya lahir dengan sehat dan selamat, begitu juga dengan saya. Suami saya pun harus kembali  menunggui saya di rumah sakit. Saat saya di ruang ICCU, hal yang membuat saya trauma adalah keadaan pasien-pasien yang datang silih berganti dan meninggal di sana, belum yang koma dan yang lainnya yang membuat saya susah tidur harus mendengar dan menyaksikan itu semua di depan mata kepala saya sendiri. Saya pun saat itu sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi dan menimpa diri saya. Suatu malam kondisi saya ngedrop, semuanya melemah, dokter jaga di ruang ICCU dan perawat-perawat dan co-ass itu silih berganti memantau keadaan saya dan mencatat semua perkembangan saya bersama bayi saya. Keadaan semakin memburuk, lewat panggilan speaker di ruangan ICCU , terdengar nama suami saya di panggil untuk ke ruangan perawatan saya di ICCU tersebut. Entah apa yang mereka rundingkan saya tidak paham, yang jelas terlihat suami saya pun menganggukan kepalanya tanda setuju, begitu yang saya lihat. Dokter tengah menyiapkan alat kejut listrik untuk memulihkan dan menstabilkan jantung saya yang kian melemah saat itu. Anehnya saya tak merasakan penurunan kelemahan tersebut dari fisik saya. Semua terasa biasa-biasa saja. Suami saya terlihat menetralisir keadaan saya dengan mencoba tersenyum kepada saya dan menenangkan saya sambil memegang tangan saya dan membisikkan bahwa semua baik-baik saja.Beberapa menit berlalu, berkat pertolongan Allah SWT, jantung saya kembali normal dan kembali stabil. Alat kejut listrik pun tak jadi digunakan. Sungguh Allah maha pemurah dan penyayang.

Akhirnya saat itupun tiba. Usia kandungan yang sembilan bulan kurang beberapa hari, terpaksa si bayi harus segera dikeluarkan dari perut saya, untuk mencegah terjadinya sesuatu yang lebih buruk lagi terhadap kondisi ibu dan bayinya. Proses caesar segera dilakukan dan dokter pun menyarankan untuk sterilisasi, Saya dan suami setuju. Akhirnya kelainan jantung itupun hilang dari diri saya, saya sehat seperti sediakala. Rupanya kelainan jantung itu adalah pembawaan dari setiap bayi yang saya kandung.

Sekarang anak-anak saya sudah besar. Mereka telah membuat kenangan bersama saya yang tak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya.


Salam
Ira Mulya
Sumber Gambar : CNN Indonesia


#ODOP
#Day 7
#Estrilook Community





konsultasi oleh dokter-dokter di sana dan
















1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus

Film-film yang Tunda Tayang di Tahun 2020

          Tahun 2020 adalah tahun yang sangat kelam. Dimana, wabah virus Corona tengah melanda seluruh belahan bumi. Meruntuhkan segala ben...