Sabtu, 12 Januari 2019

Dahsyatnya Pengaruh Gadget Bagi Perkembangan Anak



Saya seorang ibu dari tiga orang anak, yaitu anak perempuan usia 20 tahun, laki-laki 18 tahun dan 12 tahun. Setiap anak dilahirkan dengan karakter yang berbeda-beda, tumbuh bersama dalam asuhan dan lingkungan yang sama, dengan mendapatkan hak-hak yang tak pernah dibedakan satu sama lainnya. Artinya, semua mendapat kasih sayang penuh dari orang tuanya. Walapun setiap anak kebutuhannya berbeda, namun tidak selalu dipenuhi segala yang diinginkannya, karena apa yang diminta belum tentu semuanya baik dan dibutuhkan. Jadi, semuanya melalui proses rundingan terlebih dahulu.


Cara mendidik dan mengasuh anak pada dasarnya adalah sama, orang tua selalu berharap yang terbaik buat anaknya, baik dari sisi ahlak dan pendidikan. Intinya, dari waktu kewaktu adalah seperti itulah keinginan orang tua.Yang membedakan hanya jaman yang semakin maju dan teknologi yang kian pesat, sehingga berdampak pada peradaban manusia, dan akhirnya muncul perubahan yang nyata dalam setiap pola pikir anak dan perkembangannya. Contohnya, dulu belum ada gadget, dan barang barang elektronik, sekarang muncul gadget  dengan fitur-fitur canggih, yang sama sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang-orang jaman dulu.


Anak-anak yang lahir di era sekarang ini, umumnya pintar-pintar dan cerdas, baik cerdas secara sosial dengan pandainya berbaur dan bergaul, tentunya yang positif ya ...,dan cerdas secara intelektual, alias bermutu dalam ilmu dibidang akademik. Tak jarang mereka pandai ber-argumentasi, kritis dan pro-aktif. Beda banget ya, dengan jaman kita dulu! yang tampak malu-malu dan tak pandai bergaul apalagi beradu argumen. wah...pokoknya hebat -hebat ya anak- anak jaman now.


Sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga, hari-hari saya penuh kesibukan, dari mulai bangun pagi hingga menjelang petang, tangan dan kaki tak pernah diam, bergerak hilir mudik ke setiap ruangan, dan yang paling sering dijelajahi setiap saatnya tentunya dapur karena disanalah tempat bergulat dengan tumpukan piring kotor, cucian yang berjubel dalam mesin cuci, sayuran dan lauk pauk yang belum diolah, lantai-lantai yang harus disapu dan dipel, belum lagi diruangan lain, gunungan seterikaan menjulang disudut kamar, buku-buku berserakan yang belum ditaruh ditempatnya, pokoknya tangan ini harus kuat dan tangkas meraih  semuanya agar semua beres dan rapi.

Lantas, kemana anak-anak ? Saya tengok ke setiap tempat, ternyata mereka semua asik dengan gadget-nya masing-masing! Duh ... bagaimana harus menghentikan mereka dan menyuruh untuk turut membantu, baru saja akan memulai bicara, yang satu bilang " entar dulu ma.. ini lagi seru game-nya, jangan sampai kalah nih ma " aduh..  malas ma", ngantuklah, inilah, itulah! padahal jelas-jelas matanya tertuju pada gadgetnya. Yang satu juga demikian halnya, "biarin aja dulu cuciannya ma, pulang kuliah cuciannya pasti udah beres, mama masak aja dulu sana, perut udah lapar nih ma" bla...bla..bla...dan bla...bla..bla..


Akhirnya saya kembali lagi kedapur mengerjakan semuanya sedikit demi sedikit, sampai tuntas! tanpa berharap menunggu lagi bantuan anak-anak, yang memang tak akan pernah datang untuk membantu, karena sejatinya itu adalah tugas saya, hanya saya ingin mengajarkan kepada mereka bahwa membantu pekerjaan rumah tangga itu adalah hal yang baik, yang kelak merekapun akan terjun juga kesana.


Waktu tiba saat santap siang, semua sudah siap tersaji di meja. Piring, sendok, gelas, dan serbet, dan tentunya aneka masakan andalan saya. Mereka hanya tinggal duduk dan makan. Setelah selesai makan, merekapun beranjak, berhamburan ketempatnya masing-masing, dan..kembali lagi dengan gadgetnya. Selalu dari hari-kehari begitu dan begitu! parahnya suami saya juga demikian halnya, keranjingan dengan game online, pulang kerja, mau tidur, selesai makan, yang dipegangnya gadget lagi! terus dan terus! sampai-sampai ketika anak-anak sama bapaknya berkumpul dan berdekatan, tak sepatah katapun terdengar dari mereka mengobrol, siaran televisi-pun dibiarkan tanpa penonton. Saya ajak bicarapun mereka kadang tak mendengarnya. Duh sedihnya!


Jujur ya, sayapun makhluk yang tak luput dari benda canggih dijamannya ini, walaupun hanya akan memegangnya saat semuanya sudah beres. Kadang juga ingin cepat semuanya kelar, dari tugas rumah yang seabrek ini, ingin kembali didepan laptop untuk menulis sesuatu yang sudah ada dalam otak saya, dan tinggal menuangkannya dalam bentuk rangkaian kata, apadaya kesibukan kadang tak bisa diatasi, panggilan telpon dari suami kadang terabaikan, karena tangan belepotan sabun pencuci piring.


Kadang ada dalam pikiran saya, bilamana mungkin saya ingin kembali lagi ke jaman dulu, dimana ada kesederhanaan yang indah tanpa gadget. Saling bertukar cerita ketika dimeja makan, bercanda sesaat sebelum keperaduan, lempar-lemparan bantal dan guling, sampai kapuk-kapuknya keluar dari celah bantal yang robek, dan beterbangan kemana mana, lalu ketiduran setelah kecapean, dan keesokkan harinya, ketika bangun terlihat kasurnya basah karena mengompol. Belum lagi membantu memasak ketika didapur, mencuci baju rame-rame, sampai semua anggota keluarga ikut serta, sambil mainan air sumur yang ditarik pakai timba dan tali tambang. Jelang sore tiba nonton televisi bareng-bareng dari stasiun dan Chanel yang hanya satu-satunya jaman itu. Tontonannya hanya sekedar film-film kartun atau pentas musik dan lagu yang dinyanyikan biduanita yang populer pada jamannya. Sungguh sebuah kenangan yang manis, yang tidak mungkin bisa didapatkan dan dijumpai oleh anak-anak jaman kini.


salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Film-film yang Tunda Tayang di Tahun 2020

          Tahun 2020 adalah tahun yang sangat kelam. Dimana, wabah virus Corona tengah melanda seluruh belahan bumi. Meruntuhkan segala ben...