Jumat, 19 April 2019

Pertemuan Tak Terduga


Arini ya?" tiba-tiba suara di samping tempat duduknya menyapa.
"Iya, siapa ya?" Arini balik bertanya. Seraya mencoba mengingatnya, siapa ini orang, rasanya pernah lihat tapi dimana ya? bisiknya dalam hati.
"Masa lupa?" sambung orang sebelah itu.
"Ini aku Ar, Siska. Teman SMA-mu", lanjutnya.
"Oh iya....., apa kabar Sis ? maaf aku beneran lupa, kamu pangling sih, makin cantik kalau liat langsung" jawab arini jujur. "Selama ini kita hanya bertemu di Sosmed sih,"....sambungnya lagi. "Iya bener Ar." jawabnya.
Siska memang terlihat berubah setelah tiga puluhan tahun tak bertemu. Dulu, dia seorang gadis yang cantik, lugu dan terkesan naif. Tapi tidak termasuk gadis yang populer di sekolah. Karena masih banyak gadis cantik lainnya yang lebih terkenal darinya. Namun nasib baik menyambut dirinya saat diawal pernikahannya. Dia dinikahi pengusaha yang lumayan berduit.
"Kegiatanmu apa sekarang, Ar ?" tanya Siska mengagetkan lamunan Arini sesaat.
"Kamu terlihat berubah sekarang, sepertinya aku tidak sedang melihat kamu" lanjutnya.
"Iyalah Sis...., masa aku harus pergi ke gunung seperti dulu lagi? lalu, isengin temen lagi?" hahahaha pecahlah tawa mereka berdua, sampai-sampai tak sadar saat orang-orang melihat tingkah laku kedua wanita itu.

Banyak yang berubah dari diri Arini saat ini. Arini yang baik hati, manis, tomboy, senang olah raga, sedikit usil dan selalu ceria tampak jauh berubah. Sekarang, betapa dia penuh dengan kelembutan, keibuan dan semakin bijaksana dalam bertutur kata. Kata-katanya yang terlontar menjelaskan bahwa sekarang ia seseorang yang agamis.
Gamis dan jilbab panjangnya membalut seluruh badannya. Yang pastinya sedikit melar.
"Denger-denger, kamu sibuk ngurus usaha katering ya Ar?"
"Iya Sis,.... dulu, tapi udah enggak, jawabnya singkat."
"Bisnis yang menjanjikan tuh" Siska menyela.
"Lelah dan bosan Sis, aku fokus ngurus rumah tangga aja, dan lebih banyak diam di rumah, nikmati masa-masa menjelang tua bersama suami dan ibadah." sambungnya kemudian penuh semangat.
"Oh, ya Sis.. gimana klinik kecantikan yang kamu kelola? Makin maju aja kulihat"  Arini sedikit penasararan!
"Aku lihat promosi-promosimu di Sosmed, keren banget! sukses terus ya sis," tukasnya lagi.
"Iya begitulah Ar,.. seperti yang kamu lihat, aku juga kadang bosan dengan semua ini, keliatannya aja aku hebat, dan bahagia dengan semua yang kumiliki, tapi engga seperti yang kamu kira Ar," jawabnya lirih.
"Terlalu banyak luka dalam batinku Ar, dan jujur, semua itu membuatku merasa ada dalam titik terendah dalam hidupku" lanjutnya mencoba menguatkan hatinya.
"Kamu terlihat bahagia menikmati hidup," aku jadi ngiri sendiri deh sama kamu, Ar."
"Ah, kamu ini ada-ada aja Sis....,menurutmu, ngiri sama aku? hahaha ...nga salah nih?, dengan tawanya yang lepas. Aku nggak punya apa-apa Sis, dan hidup biasa-biasa saja, tak ada yang patut aku banggakan seperti kamu. Ya...beginilah aku Sis, hidup layaknya seperti orang lain kebanyakan." Sahut Arini santai.
Siska di tinggal suaminya yang pergi bersama wanita simpanannya. Mirisnya, ia tak memiliki seorang anak. Walau hidup penuh dengan materi yang berkecukupan, rupanya tidak dapat dipungkiri bahwa kebahagiaan batin adalah prioritas yang utama dalam kehidupan ini. Yang tak dapat dibeli dengan apapun juga.
Tapi, kenapa Siska tidak segera berhijrah?, padahal Ia ada dalam kehancuran rumah tangganya yang tengah porak poranda. Sesungguhnya inilah saat yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Ia masih tampak terlihat menutup-nutupi semua masalahnya dengan gayanya yang ceria seperti tanpa beban. Gayanya yang fashionable membuat ia ingin terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya yang hampir kepala lima. Semua itu semata-mata hanya ingin menutupi kesedihannya dan mencoba untuk menghibur dirinya.
"Bu, ini minumannya" kata suara di belakang Arini seraya memberikan sebotol air mineral, saat itu Seno muncul bersama ketiga anak-anaknya dari arah belakang tempat kami duduk.
"Eh ayah...udah ngopinya?" sela Arini!
Setelah ngopi di dalam cafe sebuah Bandara. Saat itu, pesawat kami mengalami Delay selama satu jam. Kebetulan Siska akan menumpang di pesawat yang sama
"Oh iya...., yah..kenalkan ini Siska, temanku waktu SMA." Katanya pada Seno.
"Sis...ini suamiku, Seno. Itu anak-anakku. Puti, Puri dan Lutfi."
"Hai tante Siska,"
Serentak anak-anak Arini kompak memberikan salam hormat kepadanya, dan merekapun berjabatan tangan, sambil mencium tangan Siska bergantian.
"Silahkan lanjutkan nostalgiaannya", Seno menyela pembicaraan kami, saya mau lanjutkan baca ini dulu." katanya, sambil memperlihatkan surat kabar yang dipegangnya, lalu bergegas mencari kursi yang kosong.
Sesaat terlihat dari sudut mata Arini, Siska tengah memperhatikan keakraban keluarga itu. Sesekali ia menyapa anak-anaknya dengan ramah. Sebaliknya anak-anak Arini juga terlihat cepat beradaptasi dengannya. Obrolan merekapun berlanjut, sementara panggilan untuk memasuki pesawat belum terdengar.
"Betapa bahagianya kamu Arini, memiliki keluarga yang sangat harmonis, agamis, suami yang baik dan anak-anak yang baik," Siska memujiku.
Akupun membalas kata-katanya dan berusaha tidak menjadi besar kepala dengan pujiannya.
"Nasib setiap orang berbeda Sis, mungkin satu kekuranganmu yang terasa sulit bagimu, akan sangat mudah dan menjadikan suatu kelebihan bagiku.
"Sungguh, semua yang kamu miliki itu, adalah harta yang tak ternilai harganya, Ar."
"Kadang aku sedih dengan kehidupanku Ar, hari ke hari, tak pernah ada ketenangan dalam batinku ini, materi tidak menjamin kebahagiaanku," tandasnya.
"Di usiaku yang nyaris setengah baya ini, aku kehilangan kepercayaan diri untuk bangkit lagi membina rumah tangga." kata-katanya mulai gemetar.
"Apalagi untuk mewujudkan seorang anak hadir dalam kehidupanku, mustahil!.
"Terlalu sulit mempercayai seseorang untuk mengisi hati ini." Keluhnya. "Semua sama saja."
"Rasanya, dimataku semua laki-laki hanya ingin mengejar materi dariku!" Lanjutnya kembali penuh dengan nada kesedihan dan emosi yang mulai meletup dan air mata yang mulai berjatuhan.
"Jangan pesimis dulu Sis",  Arini berusaha menenangkan sambil memegang erat-erat jemari Siska.
"Coba deh, Introspeksi dirimu dulu, dimana letak kesalahanmu?"
" Maaf banget bukannya aku mau mengguruimu, tidak sama sekali." Kata Arini.
"Takdir itu, memang kuasa Tuhan yang tak bisa kita pahami. Kita hanya mampu untuk menjalaninya, berusaha dan berdoa."
"Lalu, apa yang harus aku perbaiki Ar? tanyanya penuh harap menatap Arini dengan penuh kehampaan.
"Ada hal yang pastinya kamu anggap sepele dalam dirimu, yang tak kamu sadari." lanjut Arini tegas.
"Apa itu, Ar ? Tanyanya penasaran.
"Kalau kamu merasa seorang muslimah, sudah waktunya untuk menutup auratmu, karena itu adalah kewajiban seorang perempuan di dalam agama kita. Dengan begitu, kamu akan merasa punya harkat dan martabat yang akan kamu junjung dengan perisai yang menutupimu." Kata-kata Arini penuh dengan ketegasan dan kebenaran.
"Dekatkan dirimu kepada Allah SWT, mohon ampunanNya, turutilah semua perintahNya dan jauhilah semua laranganNya. Insyaallah atas izinNya, dan tetap Istiqomah, niscaya akan ada ketenangan yang akan datang menghampirimu." 
Siska tampak menitikkan air mata dan memandang ke arahnya, dan berkata..
"Terima kasih Ar, semoga ini akan menjadi hidayah yang telah diberikan kepadaku melalui pertemuan kita ini, sebetulnya niat itu semua sudah ada dalam hatiku, tapi entah kenapa? ngga pernah jadi kenyataan, selalu saja ada halangannya.". sahutnya lirih.

.
"Kamulah orangnya yang telah Allah kirimkan untukku  sekarang Ar,  30 tahunan tertahan jarak dan waktu, dan akhirnya, sekarang sudah saatnya aku harus menjemput hidayah itu untuk membuka hatiku yang selama ini terasa hampa." Katanya sambil memegang tanganku dengan erat.
"Tidak akan ada pertemuan hanya dengan sebuah kebetulan belaka Sis, melainkan takdir yang telah ditentukan olehNYA, untuk membuat hatimu yang selama ini kosong tanpa ilmu agama, akan merubahmu untuk segera bermuhasabah diri."
"Semoga Istiqomah dengan apa yang kamu niatkan." lanjutku lagi.
Pesawat dengan nomor penerbangan GA.2257
Tujuan Jakarta akan segera diberangkatkan.
Penumpang dimohon untuk masuk di gate 2.
Operator tiba-tiba mengagetkan obrolan mereka yang mau tidak mau harus disudahi.
Merekapun bergegas masuk menuju pintu yang telah disebutkan tadi. Melewati lorong yang terhubung dengan pesawat, disambut para awak kabin yang ramah dan menarik, seraya menunjukkan nomor kursi yang telah tertera di dalam tiket.
Siska menempati kelas eksekutive sedangkan Arini beserta keluarga kecilnya di kelas bisnis.
Mereka berpisah dan langsung saling berpamitan, karena Siska akan melanjutkan penerbangannya ke Singapura.
"Sekali lagi terima kasih banyak Arini, sudah dengan sabar mendengar keluh kesah ku, keluargamu patut dijadikan teladan buatku, tetap menjadi keluarga bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT." Aamiin... sama-sama Sis jawab Arini.

Ira Mulya

#SETIP DAY33
#ESTRILOOK COMMUNITY
#Fiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Film-film yang Tunda Tayang di Tahun 2020

          Tahun 2020 adalah tahun yang sangat kelam. Dimana, wabah virus Corona tengah melanda seluruh belahan bumi. Meruntuhkan segala ben...